google.com, pub-8176089084332366, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Explore Jejak Kerajaan Majapahit di Trowulan

Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur

Kerajaan Mojopahit. Pertengahan Juli 2011 lalu redaksi Majalah RELPlus berangkat menuju Trowulan. Sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur untuk mengeksplor jejak .

Menelusuri Jejak di Situs

Ya! yang termashur dengan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada (1350-1389 M) dengan Sumpah Palapanya. Saya yakin di benak kita tak pernah lupa dengan nama kerajaan yang wilayahnya seantero Nusantara, hingga sebagian Asia Tenggra ini. Sejarahnya selalu kita pelajari di bangku sekolah. Untuk mengeksplor jejak Majapahit ini saya membekali dengan buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Prof. Slamet Muljana.
Di Stasiun Kereta Api Mojokerto, saya sudah ditunggu sahabat saya, Arifin, yang tinggal di Mojosari, sekitar 5-6 km dari Trowulan. Ia siap mengantar saya napak tilas jejak kerajaan termegah yang situsnya mencapai 100 kilometer persegi ini. Rasanya butuh waktu 3-4 hari untuk berkunjung seluruh situs yang ada secara mendalam.
Menuju Trowulan tentu saja sangat mudah. Wilayah ini terletak di pinggir jalan utama Surabaya-Solo. Tepatnya, sekitar …km dari kota Mojokerto ke arah Jombang. Kita bisa naik bus dari Surabaya atau Solo dan turun di pertigaan Trowulan. Dari sini banyak motor ojek yang siap mengantar Anda keliling Majapahit.
Menurut buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama (Kakawin Nagarakertagama aslinya ditulis Mpu Prapanca), pusat kerajaan Majapahit berada di Trowulan ini. Digambarkan, keraton Majapahit dikelilingi tembok bata merah tinggi dan tebal. Di setiap sudut ada pos tempat para ponggawa berjaga. Pintu gerbang berdiri megah berupa gapura agung dengan pintu besar berukir.
Di dalam komplek keraton banyak bangunan megah bertiang tinggi dan berukir. Bangunan-bangunan tersebut ada yang berfungsi untuk balai pertemuan, tempat kediaman punggawa dan keluarga raja, kediaman para bhiksu dan tempat suci.Tentu saja ada lapangan tempat berlatih olah kanuragan para prajurit, taman-taman, pasar, jalan-jalan keraton, rumah-rumah penduduk, sawah dan ladang. Bahkan ada kanal-kanal dan kolam besar yang kini dikenal sebagai Segaran. Gambaran kemakmuran dan kebesaran kerajaan Majapahit ini tertuang pula pada catatan China abad-15 dan catatan penjelajah Eropa pada abad 16.

Peta Wisata Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto
Peta Wisata Kerajaan Majapahit di

Saya membayangkan, wah… betapa besar dan megahnya kerajaan yang dibangun Raden Wijaya (1293 M) bersama prajurit Adipati Sumenep Ariawiraraja di hutan Tarik, sebelah timur Sungai Brantas ini, pada masa jayanya. Saya juga membayangkan akan menemukan situs-situs megah layaknya candi Prambanan, Borobudur atau komplek Keraton Ratu Boko di Jawa Tengah. Inilah yang membuat saya semangat dan antusias mengeksplor jejak Majapahit di Trowulan.
Sayangnya, kami kesorean tiba di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur yang berada di pinggir jalan utama Surabaya-Solo. Bangunan luas dan panjang ini, dulu dikenal sebagai Museum Trowolan.
“Museumnya sudah dipindahkan, Mas! Ke Desa Trowulan. Masuk ke sana sekitar 1 kilometer,” terang seorang satpam sambil menujukkan arah Desa Trowulan. “Di sini hanya kantor saja.”
Saya menoleh kesana-kemari memperhatikan bangunan dengan banyak arca-arca batu dan keramik. Ada yang besar setinggi orang dewasa. Ada pula kecil-kecil mulai segenggaman hingga sebesar bola basket, juga stupa-stupa.
Bila dalam buku Prof Muljana disebut terdiri 27 candi dan 32 waduk, namun dari Pak Satpam saya dapat gambaran baru belasan situs yang ditemukan dan layak dikunjungi.
Diantaranya: Situs Yoni Klinterejo, Gapura Wringin Lawang, Candi Gentong, Candi Brahu, Makam Putri Campa, Makam Panjang, PIM, Kolam Segaran, Candi Minak Jingga, Gapura Bajang Ratu, Situs Pemukiman Segaran, , Situs Sentonorejo, Candi Tikus, Candi Brahu, Umpak, Candi Kedaton dan Sitinggil, serta Makam Troloyo.

banner

Dua Gerbang Terkenal di Kerajaan Mojopahit

1. Gapuro Wringin Lawang, Gerbang Masuk Kediaman Gajah Mada, Patih Kerajaan Majapahit yang Tersohor

Gapuro Wringin Lawang Situs Trowulan Mojokerto
Gapuro Wringin Lawang Situs

Gerbang ini tampak megah menjulang. Berada di Dusun Wringinlawang, Desa Jatipasar, Trowulan. Tingginya sekitar 16 meter dengan panjang 11,2 meter dan lebar 6,75 meter. Bentuknya seperti sebuah candi terbelah dua. Sering disebut sebagai Candi Bentar. Hingga kini gapura-gapura jalan masuk desa atau gerbang perkantoran di Mojokerto, bahkan di Jawa Timur banyak mengadopsi bentuk Candi Bentar ini.
Gapura yang menghadap timur barat ini dibuat dari bahan bata merah dengan lorong tengahnya berjarak 3,5 meter. Gapura yang dibangun pada abad ke-14 M ini, diperkirakan menjadi pintu perbatasan menuju pusat kota Majapahit. Juga diyakini sebagai gerbang menuju kediaman Mahapatih Gajah Mada.

Gapuro Wringin Lawang Trowulan
Gapuro Wringin Lawang Trowulan

Pada sisi timur dan barat gapura masih ada sisa-sisa batu bata yang diduga bekas anak tangga. Sedang di sisi utara dan selatan juga ditemukan sisa-sia struktur bangunan yang diperkirakan sebagai bagian tembok keliling. Di sisi barat daya dan tenggara juga ditemukan bekas-bekas 15 sumur tua berbentuk segiempat dan silinder. Sumur-sumur ini dimungkinkan dulunya berfungsi untuk mencuci kaki dan membersihkan diri sebelum memasuki kota Majapahit.
Konon di seputar Wringin Lawang ini sering berkabut tebal di pagi hari. Dahulu kala kabut tersebut digunakan untuk mengelabuhi musuh dan merupakan salah satu strategi prajurit Majapahit. Sayang…, kami tiba di siang hari sehingga tidak bisa menikmati legenda kabut Wringin Lawang.

2. GAPURA BAJANG RATU, Pintu Belakang Kerajaan Majapahit
Gapura Bajang Ratu Kompleks Trowulan
Gapura Bajang Ratu Kompleks Trowulan

Hari sudah sore saat kami tiba di jalan masuk Gapura Bajang Ratu. Dari jalan raya Mojokerto—Jombang gapura ini sudah terlihat menjulang, berwarna merah bata. “Wah…uwis (sudah) tutup, Mas!” ujar seorang anak yang sedang bermain di depan pintu masuk. Beberapa temannya yang sedang bermain sepeda pun berhenti dan memandangi kami.
Pagar pintu sudah dikunci namun saya melihat ada pintu kecil yang bisa dibuka. “Mau foto aja oleh tho (boleh kan)?” tanyaku kepada mereka sambil tertenyum.
“O…, lewat pintu itu aja, Mas,” jawab anak yang paling besar sambil menunjuk ke pintu kecil. Mereka pun terus melanjutkan bermain sepeda dan membiarkan kami masuk dan memotret dengan leluasa.
Gapura Bajang Ratu ini juga biasa disebut . Lokasinya berada sekitar 200 meter dari jalan raya Mojokerto—Jombang, di Dukuh Kraton, Desa Temon, Trowulan. Diperkirakan candi ini dibangun pada abad 14. Terbuat dari batu bata merah yang disusun berbentuk seperti gapura dengan beberapa ukiran relief.
Dahulu candi ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara, pada tahun 1250 Saka atau sekitar tahun 1328 M. Dalam buku Negarakertagama tempat suci ini disebut sebagai “kembali ke dunia Wisnu”

Namun, konon sebelumnya candi ini juga pernah digunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Hal ini didukung adanya relief “Sri Tanjung” dan sayap gapura yang melambangkan pelepasan atau kepergian. Keberadaan candi ini menjadikan kebudayaan yang masih berlangsung bagi masyarakat Trowulan, yakni jika melayat orang meninggal diharuskan lewat pintu belakang.
Saya berfikir, bila gapura atau pintu belakang saja demikian megahnya, berarti gapura depan tentu lebih megah dan besar lagi. Sayangnya, hingga kini belum ditemukan dimana gapura depan Majapahit tersebut.
Nama Bajang Ratu juga memiliki arti khusus, yakni dalam bahasa Jawa berarti “raja atau bangsawan yang kecil”. Pemilihan nama tersebut dikaitkan dengan Raja Jayanegara (raja kedua Majapahit) dan tulisan yang terdapat dalam serat Pararatam. Ketika dinobatkan menjadi raja, usia Jayanegara masih sangat muda (bujang/bajang), sehingga candi ini diberi nama Bajang Ratu (berarti “raja kecil atau muda”)
Bentuk Candi
Dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan pintu gerbang tipe “paduraksa” (gapura beratap). Secara fisik keseluruhan candi ini terbuat dari batu bata merah kecuali lantai tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang dibuat dari batu andesit.

Gapura Bajang Ratu Trowulan
Gapura Bajang Ratu Trowulan

Bangunan candi ini mempunyai 3 bagian: kaki, tubuh, dan atap yang juga mempunyai semacam sayap dengan pagar tembok di kedua sisi. Pada sudut-sudut kaki candi ini terdapat hiasan sederhana, kecuali pada sudut kiri depan dihias relief menggambarkan cerita “Sri Tanjung”. Di bagian tubuh diatas ambang pintu ada relief hiasan “kala” dengan relief hiasan sulur-suluran. Bagian atapnya terdapat relief hiasan rumit, berupa kepala “kala” diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi relief tersebut dalam kepercayaan budaya Majapahit adalah sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.
Menurut penelitian, pemilihan lokasi ini oleh arsitek kerajaan Majapahit, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol. Hal ini dengan bukti adanya bekas kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yang langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit. Artinya lokasi candi terhubungan langsung dengan daerah pusat kota Majapahit.
Menurut kepercayaan lokalyang diturunkan dari kebudayaan Majapahit, adalah pamali atau pantangan atau larangan bagi seorang pejabat pemerintahan melintasi atau memasuki pintu gerbang , karena dipercayai hal tersebut bisa mendatangkan nasib buruk.
Waduh…kami telah bolak-balik melewati gapura tersebut. Syukurlah kami buka pejabat setempat. Aman!
Dalam laporan Rafles tahun 1815, bangunan ini disebut Gapura Jati Pasar. Selanjutnya Knebel (1907) menyebutnya sebagai Gapura Wringin Lawang karean adanya dua bua pohon beringin besar yang mengapit gapura ini.
Gapura Bentar Wringin Lawang yang sekarang bisa kita nikmati adalah hasil pemugaran tahun 1994/1995.

Ikuti penelusuran Tim Pesona Wisata Indonesia, berkeliling Museum Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur.

kerajaan majapahit, , , , , , , , , , trowulan mojokerto, , , , ,

Sudjono AF, Arifin S, Asri Damayanti T.

Leave a Comment

google.com, pub-8176089084332366, DIRECT, f08c47fec0942fa0